JAKARTA - Diskusi Hitam Putih
Capres 2014: Siapa Pantas, Siapa Tidak? Berlangsung di Cafe Galeri,
Taman Ismail Marzuki, dengan para pembicara, mantan Menteri era Presiden
Gus Dur, Rizal Ramli, Ketua DPD RI Irman Gusman dan mantan Gubernur DKI
Jakarta, Sutiyoso.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia, Boni Hargens dan Karyono Wibowo
selaku peneliti senior Indonesian Public Institute, Rizal Ramli
mengatakan bahwa seorang pemimpin seyogyanya memiliki visi.
"Pemimpin harus ada visi kepemimpinan. Selama ini yang di utamakan malah
popularitas. Jumlah orang kaya di Indonesia paling besar se asia
tenggara. Kami ingin dalam 5 tahun kita kejar Malaysia. Kita harus di
perhitungkan di Asia," kata Rizal pada kesempatan pertama di hadapan
puluhan Wartawan cetak dan elektronik, Kamis (9/5).
Dengan setelan kemeja putih, Irman Gusman yang tampil tenang mengatakan,
Pemilu 2014 akan sangat ketat persaingannya. "Karena tidak ada
incumbent, tentu persaingan sangat ketat. Indonesia yang masih transisi
ke demokrasi ini, sehingga untuk menjadi pemimpin tentu track record
menjadi sangat penting," ucap Irman.
Selain itu, Irman Gusman mengutip perkataan seorang diplomat dari timur
tengah yang mengatakan bahwa negeri ini adalah negeri mukjizat, ribuan
pulau, multi kultur, kekayaan alam dan beragam suku.
"Maka untuk menjadi pemimpin maka ia harus paham mengenai nilai-nilai
yang ada di negeri ini, harus paham politik kebangsaan. Berani mengambil
sikap atau keputusan, keputusan yang tidak sempurna lebih baik dari
tidak ada keputusan sama sekali. Ia pun harus konsisten, baik dia waktu
jadi mahasiswa hingga saat dimana ia berkiprah," ujar Irman.
Dijelaskan Irman bahwa bukan saja budaya politik kita belum sempurna,
namun partisipasi masyarakat belum luas. Sehingga perlunya mendorong
pemerataan bagi seluruh daerah.
Sementara itu, Ketua Umum PKPI, Sutiyoso mengatakan Pancasila sebagai
ideologi yang mulai ditinggalkan. Menurut Sutiyoso, Indonesia adalah
negara kaya, maka rakyatnya harus sejahtera.
"Pancasila sebagai ideologi, namun pancasila mulai ditinggalkan.
Sekarang ini kita telah masuk ke budaya liberal, individualistik, kalau
bahasa betawinya lo lo gue gue.
Tidak ada kamus lain, negara kaya harus sejahtera. Ujian nasional saja
kacau begitu, masih banyak anak-anak tidak sekolah," kata Sutiyoso
dengan intonasi militernya yang masih khas terdengar.
"Hukum kita masih tajam ke atas tumpul ke bawah, sampai sekarang masih
seperti itu. Jual beli perkara, mafia hukum dan lainnya. Alutsista kita
masih payah. 30 triliun rupiah nilai ikan kita setiap tahun dicuri. Kita
butuh kapal-kapal penjaga laut kita, angkatan perang kita harus kuat,
bukan seperti Satpam kurus karena narkotik. Kita pun harus bisa membuat
pesawat tempur sendiri," ujar Sutiyoso penuh semangat.
Lanjutnya lagi bahwa pemimpin harus berani mengambil sikap, walau harus
ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar, serta pemimpin
mesti patuh terhadap hukum.
"Seorang pemimpin harus tegas demi kepentingan yang lebih besar yang
harus lebih diutamakan. Urat takut saya sudah putus, siapa saja harus
diadili, bukan karena kedekatan keluarga atau kekerabatan," ujar
Sutiyoso berapi-api.
[beritahukum.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar