Kepada PEMUDA di seluruh tanah air: Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober
2013
Ada benarnya frasa di media sosial yang
sedang meramaikan peringatan hari Sumpah Pemuda: “Indonesia berubah atau punah”.
Sejarah telah membuktikan, bahwa PEMUDA tidak pernah absen dalam melawan
penjajahan selama ratusan tahun. Antara lain: Gerakan Budi Utomo 1908, diikuti
oleh tumbuh-suburnya organisasi-organisasi kepemudaan yang lain; Sumpah PEMUDA
1928 dengan ikrar “berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu,
Indonesia”, telah memperkuat soliditas rasa kebangsaan mendalam menjelang
kemerdekaan; Penculikan Sukarno ke Rengasdengklok, dalam rangka mendesak agar
Proklamasi Kemerdekaan tidak ditunda-tunda lagi, yaitu pada tanggal 17 Agustus
1945.
Gerakan PEMUDA
ketika itu semakin kuat dari masa kemasa, merupakan terobosan atas dasar
kesadaran mendalam rasa kebangsaan dan kegeraman menentang penjajahan. Terobosan
pemuda untuk merubah keadaan agar hidup bebas, mencapai puncaknya pada
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. 53 tahun setelah kemerdekaan, lagi-lagi
PEMUDA, tampil sebagai agen perubahan,
menerabas otoritarian Orde Baru, menghadirkan pencerahan atau era keterbukaan
melalui Reformasi 1998. 14 tahun reformasi
terus bergulir, namun seperti dapat kita saksikan bersama, hingga hari ini, belum
ada tanda-tanda krisis multi-dimensi akan surut.
Indonesia kembali
mengalami “penjajahan bentuk baru”, bukan oleh pihak asing, tetapi justru oleh
bangsa sendiri. Kita sedang terjajah oleh kelompok-kelompok kepentingan. Berbagai
persekutuan kepentingan, termasuk oligarkhi,
dinasti dan kelompok transaksional, terus mendominasi kepentingan rakyat
banyak dan menelikung pemenuhan hajat hidup masyarakat yang juga bangsa sendiri. Hampir semua bermuara kepada korupsi masif
yang merajalela, dan rakyat semakin menderita.
Di tengah penderitaan
yang dramatis, dalam putaran 5 (lima) tahunan, rakyat terjebak dalam hiruk-pikuk
politik rebut-merebut kekuasaan. Setiap lima tahun 19446 (sembilanbelas ribu
empat ratus empat puluh enam) kursi diperebutkan, dari DPRD sampai DPR RI dan
dari bupati sampai presiden (POLMARK). “Politik Indonesia” kian semrawut dan
rakyat semakin kalang-kabut. Indonesia sedang mengalami keterbiaran
keterkaburan pemaknaan politik. Politik lebih dimaknai sebagai ajang perburuan
kekuasaan dengan segala cara dan kapitalisasi uang.
Kapitalis bukan
hanya dari luar, tetapi juga dari dalam negeri, yang tak kalah daya rusaknya
terhadap habitat negeri. Keberhasilan pemerintah di bidang makro ekonomi dan hubungan internasional, tak mampu
mengentaskan rakyat dari berbagai kesenjangan sosial, ketidak-adilan, kemiskinan, minimnya lapangan kerja, tingkat kesehatan
dan pendidikan yang rendah. Kegalauan masyarakat menjadi-jadi, menyaksikan perampokan
triliunan uang negara, rebut-merebut jabatan, suap-menyuap pejabat dan jual-beli
martabat, dibarengi tontonan perilaku buruk politisi/ penyelenggara negara.
Perilaku permisif
untuk melakukan berbagai pelanggaran memalukan, sambil pamer kemewahan, terjadi
di semua bidang dan tingkatan (eksekutif, legislatif, yudikatif, aparat, hakim,
jaksa, pengacara, pengusaha dll.), berakibat mengklimaksnya kekecewaan, hilang
kepercayaan, apatisme dan keputus-asaan. Temperatur psikologi sosial masyarakat
terus memanas, mudah meledak menjadi berbagai kekerasan yang hampir setiap hari
terjadi. Bukan tidak mungkin, persatuan dan kesatuan bangsa dan negara menjadi
taruhannya.
PKP INDONESIA didirikan pada tanggal 15
Januari 1999, justru atas dasar keterpanggilan oleh terjadinya krisis multi-dimensi yang
mengancam persatuan dan kesatuan. Pemilu 2014 sudah di depan mata, suatu
momentum yang sangat menentukan bagi nasib Indonesia kedepan. Kita harus
berhasil memilih orang-orang yang sungguh-sungguh dapat dipercaya, untuk
mengurus dan melayani 251 juta manusia dengan berkemanusiaan yang adil dan
beradab. Jika gagal, maka Indonesia hanya akan dikuasai oleh
persekutuan-persekutuan kepentingan. Rakyat terabaikan dan GENERASI MUDA
KEHILANGAN KEGEMILANGAN MASA DEPAN.
Untuk menyongsong
masa depan yang lebih baik, seluruh PEMUDA tanpa kecuali, lintas suku, agama, ras dan golongan khususnya, serta
rakyat Indonesia semesta pada umumnya, sekarang juga, hendaknya:
- Meyakini, NALURI PEMUDA adalah AGEN PERUBAHAN, tanpa terobosan PEMUDA Indonesia tak akan pernah berubah dan bisa punah.
- Memiliki negeri ini sepenuhnya, aktif berpolitik, hakekat berpolitik adalah bernegara (Sukardi Rinakit).
- PEMUDA jangan GOLPUT, rubah keadaan dengan menggunakan Pemilu 2014 untuk memilih ksatria-ksatria terpercaya untuk mengurus serta melayani rakyat dan Indonesia seutuhnya.
- Mendorong perubahan mindset politik permisif, menjadi mindset politik sesuai nilai-nilai Pembukaan UUD 45, politik adalah keluhuran-kemuliaan demi sepenuhnya kepentingan rakyat.
- Mendorong seleksi setiap calon penyelenggara negara di semua bidang dan tingkat, dengan seketat-ketatnya atas dasar kejujuran, integritas, kapabilitas dan akuntabilitas yang mumpuni.
- Mendorong penegakkan hukum secara sekeras-kerasnya, sebenar-benarnya dan seadil-adilnya, seiring dengan perbaikan sistim hukum menyeluruh, benar dan efektif (manware, software, hardware, moneyware).
- Mendorong perjuangan keadilan dan persatuan, secara militan dan pantang menyerah, dalam implementasi nilai-nilai Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, sebagai harga mati..
- Hai PEMUDA, LIBAS “penjajahan kekinian” oleh bangsa sendiri yang tak tahu diri, demi Indonesia yang jaya, mulia dan terhormat dalam pergaulan antar bangsa di dunia.